Category Archives: Uncategorized

Cerita Yopa

Yopa Intan Purnamasari adalah seorang anak tunagrahita ringan dengan suspek epilepsi dan retardasi mental. Yopa  lahir di Gunung Kidul 17 Januari 1997 yang lalu. Yang menonjol darinya adalah hobinya menulis mengenai pengalaman pribadinya sendiri ataupun dari cerita orang lain termasuk pendidiknya. Dibantu oleh gurunya, Eny Kusumawati, S.Pd. karya Yopa telah diterbitkan dalam sebuah buku “ Mencari Harapan”. Beberapa gambar di bawah adalah salah satu cerita Yopa di buku tersebut.

 

 

Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus

Sore ini kemarin iseng main ke sekolah dasar Luar Biasa di kampung saya. SLB tersebut bernama SLB Ikhlas Dharma Bakti. Awalnya sih cuma kepengen ngenet karena ada kiriman email yang harus saya buka dan di SLB itulah tempat terdekat untuk mengakses internet. Namun, begitu masuk ruangan terbesit beberapa pertanyaan mengenai anak berkebutuhan khusus. Apa saja yang tergolong anak-anak berkebutuhan khusus? Bagaimanakah masa depan mereka? Tampaknya saya masih belum peka terhadap keberadaan mereka.

“ anak-anak berkebutuhan khusus boleh jadi memang cacat, tapi jangan pernah cacatkan mereka”.

Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatank termasuk epilepsi,dll. Karena keterbatasan yang mereka miliki mereka harus mendapatkan pendidikan yang khusus. SLB (Sekolah Luar Biasa) merupakan tempat bagi mereka untuk mendapatkan pendidikan dan keterampilan.

Di dalam SLB mereka dikelompokkan menjadi kelas-kelas tertentu sesuai dengan kekhususan mereka. Pembagian tersebut antara lain:

  • SLB bagian A untuk tunanetra dimana mereka membutuhkan modifikasi tertentu untuk membaca yaitu huruf Braille.
  • SLB bagian B untuk tunarungu yang menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi.
  • SLB bagian C untuk tunagrahita yaitu individu yang memiliki intelegensi yang signifikan dibawah rata-rata disertai dengan ketidakmampuan adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan. Pembelajaran untuk tunagrahita ditujukan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.
  • SLB bagian D untuk tunadaksa yaitu orang dengan kelainan neuromuskular oleh karena kongnital (bawaan), penyakit ( cerebral palsy, polio, dll), kecelakaan, amputasi.
  • SLB bagian E untuk tunalaras yaitu orang dengan gangguan kontrol emosi sedangkan SLB bagian G untuk cacat ganda.

 

Di SLB ikhlas dharma Bakti sendiri terdapat 27 siswa aktif. Kebanyakan mereka tergolong bagian C dengan derajat yang berbeda-beda termasuk disini syndroma down. Ada yang bisa dididik dengan baik ada pula yang sama sekali tidak dapat. Kondisi di atas juga menentukan target pendidikan mereka. Bagi anak dengan kondisi yang mampu dididik, mereka akan dibekali dengan keterampilan sedangkan yang tidak target mereka adalah mampu mengurusi diri sendiri termasuk mengganti pakaian, membersihkan diri, dll sehingga tidak tergantung orang lain. Gambar diatas merupakan pekerjaan dari dua siswa yang berbeda. Sebelah kiri tuna grahita derajat sedang sedangkan yang kanan tunagrahita derajat ringan.

Ketika saya menanyakan latar belakang keluarga siswa kepada salah seorang pendidik, beliau menjawab ya bagaikan sudah jatuh tertimpa tangga. Sebagian besar siswa-siswi di SLB tersebut berasal dari keluarga kurang mampu. Mungkin hal ini sesuai dengan teori-teori yang saya dapat di bangku kuliah. Karena kurangnya nutrisi di masa kehamilan menjadikan peluang bayi lahir cacat lebih besar. Namun, apakah takdir Allah harus disalahkan? Tentu tidak, yang menjadi tantangan bukanlah menjadikan mereka normal tetapi bagaimana mereka dapat mandiri dan hidup seperti orang normal.

 

SLB Ikhlas Dharma Bakti sering mendapatkan pesanan untuk membuat tas, tutup gelas, dll. Kerajinan-kerajinan tersebut dikerjakan oleh siswa-siswi sendiri dan hasilnya nanti dibagikan kepada mereka. Untuk ke depannya mungkin akan dibangun sebuah sentra kerajinan tangan untuk siswa-siswi yang telah lulus.

 

Pada akhirnya, bagi yang terlahir normal tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersyukur. Kesempurnaan fisik dan mental merupakan anugerah yang luar biasa. Nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?

 

Pelajaran Dari Penjual Asongan

ilustrasi pedagang asongan

Semester 7 selesai, liburanpun dimulai. Seperti tahun lalu kurang lengkap rasanya kalau liburan tanpa berkunjung ke Yogyakarta. ya meskipun cuma sempat satu bulan tinggal dikota itu, tetapi suasananya tetep bikin kangen (beda sama surabaya meski hampir 3,5 tahun tapi ga dapet-dapet feelnya). Untuk liburan kali ini kuhabiskan 3 hari di Yogyakarta.

Sebenarnya ga ada yang istimewa sih kalo ke jogja. Paling cuma muter-muter trus cari kuliner yang ga ada di Surabaya. Yang spesial cuma bisa kumpul sama teman-teman SMA melepas kangen, tau kabar masing-masing, dan sedikit membicarakan masa depan.

Untuk liburan kali ini alhamdulillah banyak manfaat yang dapat diambil. Salah satunya ketika perjalanan pulang ke surabaya. Karena tiket kereta bisnis sancaka sore habis, aku memilih untuk naik kereta ekonomi pasundan. Namanya kereta ekonomi, biasa banyak pedagang asongan dan pengamen yang ga ada hentinya. Hilang muncul lagi ga ada habisnya.

Sampai suatu ketika ada ibu-ibu pedagang asongan. Karena berjalan bolak balik dari satu gerbong ke gerbong lainnya ibu pedagang itu keliatan capek. Beliau mengusap keringat di kening kemudian meminta izin untuk duduk di bangku kosong yang ada didepanku. Kemudian ibu itu duduk dan meletakkan barang dagangan yang masih banyak.

Awalnya sih biasa saja aku memilih diam, bicara seperlunya. Duduk di sebelah jendela sambil melihat pemandangan. Ya karena itu caraku menikmati perjalanan, bukan bermaksud sombong atau apa. Sampai suatu ketika ada seorang tua yang berjalan. Seorang tua tersebut ternyata buta dan untuk berjalan beliau harus menggunakan tongkat. Beliau minta sedekah dari penumpang kereta. Kulihat kebanyakan penumpang cuek gitu aja.

Sampai ketika orang tua itu datang di deretan tempat dudukku. Sebenarnya aku mau ngasih tetapi orang tua tersebut tidak menghadap ke arah tempat dudukku. jadi uang tersebut tak jadi kuberikan dan hanya berada digenggam tanganku saja. Kemudian kulihat ibu pedagang asongan sibuk merogoh isi tasnya. Membolak-balik isi dalam tas untuk beberapa saat. Akhirnya apa yang beliau cari sudah ketemu, kulihat ibu itu mengambil uang kertas (ga tau berapa nominalnya, ya kalau kertas pasti lumayanlah).

Ibu tadi kemudian bangkit kemudian meninggalkan dagangan dan tempat duduknya. dari tempat dudukku aku melihat ternyata ibu itu mengejar seorang tua tadi dan memberikan uang. Melihat kejadian itu aku merasa malu. Hanya karena seorang tua tadi tak menghadap ke arahku niat baikku langsung kuurungkan. Bandingkan dengan ibu penjual tadi yang berlari menghampiri seorang tua tersebut. Dari jumlah nominal uang yang kusiapkan hanya recehan sedangkan ibu tadi uang kertas. Padahal ibu penjual asongan ini harus berjalan dari gerbong ke gerbong untuk mencari rezeki namun beliau masih tetap menyisakan kepada orang lain. Subhanallah…